SANDRO ACADEMY - Do It Different
  • HOME
  • ABOUT
  • SCHEDULLE
  • SUPPORT
  • GALERY
  • EVENT
  • STORE
  • CONTACT
  • FAQ

Picture
Picture
Picture
Alm. Irdan Rahadian (kanan bawah)
Saya akan mencoba memulai tulisan saya dengan mengingat awal perkenalan saya dengan olahraga Judo.
​
Tepatnya pada tanggal 10 Desember 1994 saya diajak oleh ayah saya untuk mengikuti olahraga ini. Saya selalu mengingat tanggal tersebut karena di tanggal tersebutlah saya ditegur pertama kali oleh Mr. Nishikawa Sensei. Orang Jepang pertama yang memberikan materi Judo kepada saya. Sebelum anda bertanya kenapa saya ditegur.  Penjelasan singkatnya,  "mungkin" karena saya menggunakan sabuk warna hitam di hari pertama pelatihan saya. Memang sedikit menyalahi aturan dunia persilatan, tapi mau bagaimana lagi. Saat itu saya masih anak bocah !.

Saya coba meneruskan sambil mengingat-ingat. Karena beberapa pejabat perusahaan saat itu memang diwajibkan untuk mengikutsertakan sanak keluarganya. Saya ternyata tidak sendirian, ada (Alm) Irdan Rahadian dan (Alm) Rommy. Adik kakak dengan prestasi Judo gemilang. Mereka berdua adalah putra dari  (Alm) Bpk. Dodo Suhodo. Sayang hidup ketiganya berakhir cukup tragis dan menyedihkan (ingatan inilah yang mendorong saya untuk terus menjauhkan anak-anak dari bahaya penggunaan obat terlarang dan sejenisnya). Untuk diketahui bahwa (Alm) Bapak Dodo Suhodo adalah Pejudo "lokal" pertama yang mengenalkan tata cara Ukemi kepada saya. Bahkan kedua putranya adalah rival Judo pertama saya pada saat itu.

Pada tanggal 13 Desember 1994. Toray Judo Hall sebagai dojo termegah pertama di Indonesia resmi dibuka oleh Bpk. Wismoyo Arismundar yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PB PJSI.
​
Selama berlatih di Toray Judo Hall. Saya tentunya banyak bertemu dan belajar dari pelatih-pelatih hebat di masa jayanya. Pertama ada Bpk. Sudirman S.H,  Ibu Dwi Samuryaningsih dan Bpk. Wisnu Sujarwo. Dari Wisnu Sujarwo sensei inilah saya belajar teknik Ippon Seoinage pertama saya. Tidak berselang beberapa lama saya diperkenalkan sosok  (Alm) Bpk. Edi Prasetyo. Seorang pejudo bersahaja, sosok Pejudo yang selalu menerima apa adanya. Dari sosok beliaulah, saya banyak belajar untuk mengajar. Sayang, sebelum saya bisa membalas jasa beliau. Guru Besar itu telah berpulang ke Rahmahtullah pada tanggal 14 Januari 2016. Kalau saya boleh jujur, tidak banyak yang tahu apabila beliau banyak berkeluh kesah mengenai posisi dia di Toray Judo. Dari jauhnya lokasi tempat tinggal ke dojo hingga prilaku anak anak muda yang kurang menghormati Orang Tua. Dulu sebagai salah satu jalan untuk mendukung finansial beliau. Meski hanya di waktu dan di kegiatan tertentu. Saya banyak meminta bantuan tenaga perwasitan dari beliau.  Semoga arwah beliau dimuliakan dan diterima amal Ibadahnya. Amin Ya Rabb.
 
Setelah (Alm) Bpk. Edi Prasetyo. Ikut bergabung juga Bpk. Ismail Alamsyah yang saat itu baru saja kembali dari Korea Selatan. Setelah era tersebut. Baru kemudian muncul generasi pelatih selanjutnya. Saya menyebutnya Generasi Muda. Sebut saja Sensei Eko Prasetyo, Sensei Henry Yuzano dan Sensei Suwarno Awaludin yang pada awalnya merupakan team pelatih dari klub Judo  PT. Pamindo yang berlokasi di Wilayah Serpong, Tangerang.
 
Nama-nama di ataslah yang sejujurnya banyak memberikan pengalaman dan warna tersendiri bagi saya dalam mempelajari beladiri Judo. Baru setelahnya ketiga adik kandung saya (Meirina Ulfah, Maulana  Adriansyah dan Meilyana Nurdini) tertarik untuk ikut mempelajari Judo. Dari keterlibatan peran keluarga inilah (Ayah Ketua Judo, anak atlet Judo), Ibu saya kemudian nimbrung santai sambil jalan dengan menjadi reseller salah satu merek Judogi terkemuka asal Eropa dan Asia. (FYI. Saat ini karena usia beliau sudah tidak lagi muda, saya larang beliau untuk berjualan judogi. Oleh karenanya, mohon maaf kepada semua pihak yang mencoba memesan Judogi namun tidak mendapat respon positif dari Ibu saya) !. Saat ini, saya menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan Adidas & Matsuru. kedepannya, sambil terus mencari solusi finansial klub. Saya akan mencoba bekerjasama dengan vendor lain. Bukan untuk mencari keuntungan, tapi lebih ke bagaimana cara untuk menghidupi Klub saya!.
 
Perlu diketahui juga, sebelum eranya Brazillian Jujitsu populer di Indonesia. Saya pernah digembleng KOSEN JUDO oleh Mr. Ogata Sensei. Beliau merupakan murid dari  Nishikawa Sensei. Saat itu, hanya 2 murid yang mendapat materi Kosen Judo. (Alm) Irdan Rahadian dan saya sendiri. Kosen Judo itu sendiri merupakan materi yang menitiberatkan pada materi Newaza hampir mirip Brazillian Jujitsu tapi tidak nyaris sama. Bahkan, menurut sejarah yang saya baca secara online. Brazilian Jujitsu dikembangkan oleh salah satu  murid dari Mr. JIGORO Kano (The founder of Judo) yang paling menguasai Kosen Judo.
Sejak Mr. Nishikawa Sensei dan Mr. Ogata Sensei kembali ke Jepang otomatis saya hanya memperdalam materi Judo yang sudah saya dapatkan (barulah di tahun 2019, saya kemudian mempelajari Brazillian Jiu-Jitsu dibawah pengawasan Prof. Hardian dan mendapatkan kepercayan menyandang Sabuk Biru dari GFT Team Brazil) . Di masa sekolah tersebut saya bahkan sudah hobi berpromosi dan mengajak rekan-rekan sekolah saya untuk bergabung dan belajar Judo. Yang paling saya ingat tentunya Ray Victory, Dicky Gunawan dan Yophie Yudho. Mereka adalah rekan-rekan yang sedikit serius membantu saya mempromosikan dan menekuni olahraga Judo hingga akhir masa di SMA berakhir. 
Picture
Saat saya memiliki peluang untuk ikut PON. Pelatih saya bertambah dengan hadirnya Mr. Hayashi Masao dan Bpk. Riyadhi Ismu Buyung. Saya pastikan, mereka tidak kalah hebat dengan pelatih-pelatih saya sebelumnya. Partisipasi dan prestasi saya di Pekan Olahraga Nasional melengkapi kehidupan dan karir Judo nasional saya. Tidak lupa saya sematkan ucapkan terima kasih tak terhingga buat Suwarno Awalludin sensei. Beliaulah yang sebenarnya melengkapi karir prestasi saya di PON.

Di tahun-tahun berikutnya saya akhirnya terpilih sebagai Sekretaris Umum di Pengprov PJSI Banten. Namun sayangnya, terlalu banyak pribadi yang ingin mengambil alih posisi sentral ini. Hingga pada suatu ketika, saya dianggap bermasalah oleh beberapa oknum. Dari kejadian ini tentunya saya diberikan peringatan keras dengan cara diberhentikan secara tidak hormat. Sakit hati, TIDAK !. Marah dan Kecewa ?, Tentu, tapi Alhamdullilah, kadarnya mungkin tidak banyak mengingat akhir dari kejadian ini, si oknum pemberi kabar fitnah akhirnya diberikan hukuman setimpal. Lagipula saya tidak pernah merasa rugi. Organisasi hanya jabatan sementara bagi saya. 

Pada awal tahun 2005. Saya menyadari bahwa tidak ada lagi materi Judo yang bisa saya pelajari dari pelatih-pelatih saya sebelumnya. Beberapa tahun lamanya saya hanya berlatih sebatas memperdalam, mencari kombinasi yang pas dan memperhalus teknik yang sudah saya dapatkan.

​di beberpa dekade setelahnya, entah apa yang ada dipikiran saya! saat saya dan adik saya (Meirina Ulfah), memutuskan untuk membawa nama Kampus Trisakti dan berhasil meraih 2 medali emas di Kejurnas Mahasiswa pada saat itu. Dimana, dengan modal keberhasilan tersebut saya memberanikan diri untuk mencoba menghadap Rektor Universitas Trisakti. Tujuannya satu, saya sebatas meminta beasiswa atlet dari keberhasilan tersebut. Tapi seperti yang sudah banyak orang katakan. Bahwa kalau sudah rejeki, tidak akan kemana. Mengingat sebelum memutuskan untuk bertemu Rektor. Saya mencoba bertukar pikiran terlebih dahulu dengan Wakil Dekan Fak. Hukum yang saat itu dijabat oleh Bpk. Ferry Edward yang justru memberikan dukungan fasilitas ruangan dojo di lantai 9 Fakultas Hukum. Kabar baik ini dilanjutkan dengan bantuan Hibah berupa 25 lembar matras dari Jepang (kondisi bekas pakai). Alhasil, saat itu saya memiliki dojo permanen pertama di Universitas Trisakti.
There is nothing permanent except change.
Picture
Pada tanggal 12 Januari 2005, klub judo "mini" saya akhirnya resmi berdiri dengan nama OTF Judo Fakultas Hukum yang kemudian berubah menjadi UKM Judo Trisakti dan kembali saya ganti menjadi Elite Judo Trisakti yang kemudian disingkat lagi menjadi lebih sederhana "JUDO TRISAKTI". 
Mengambil rentang waktu 2 tahun sejak organisasi saya berdiri. Saya bersama beberapa junior saya, diantaranya Imam Munandar, Andi Irawan, Rully Ardian, Ali Masyuri dan yang lainnnya mencoba sesuatu hal yang baru, sesuatu yang mungkin tidak terpikirkan oleh Klub Judo mahasiswa pada saat itu. Yaitu dengan menyelenggarakan Kompetisi Judo ala kadarnya melalui nama Trisakti Open Judo Championship (TOJC). Alhasil, Ketua Pelaksana yang merangkap Ketua Judo Trisakti pada saat itu yakni "Rully Ardian" sempat dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan dan hampir divonis gejala tipus (ini serius, benaran terjadi). Melalui banyak kekurangan dari kompetisi Trisakti Open Judo Championship pertama inilah saya banyak belajar dan terus memperbaiki penampilan dan kualitas kompetisi Trisakti Open hingga terakhir kegiatan ini sukses diikuti oleh partisipasi pejudo TIMNAS  dari 8 Negara (Malaysia, Singapore, USA, Perancis, Korea Selatan, India, Hong Kong dan Jepang). 
Picture
Dampak nyata dari sukses dan keberhasilan ini Saya dianugrahi berupa dukungan 1 set matras (100 lembar) dari rekanan sponsor. Selang tidak berapa lama, pada tahun 2010 saya mencoba kembali mengkonsep kompetisi lain dengan nama Ganesa Cup yang sengaja saya buat lebih mandiri secara pembiayaan diluar Kampus Trisakti. Banyak yang menanyakan apa arti dari GANESA itu sendiri. Sejujurnya, saya pun tidak tahu. Terlintas begitu saja dipikiran saya. Di tahun yang sama, saya bersama teman-teman semasa kuliah membangun Yayasan Prestasi Generasi Bangsa. Tujuan utama dari lembaga ini salah satunya adalah untuk membantu anak-anak di sekitar Kampus Trisakti yang berminat berlatih dan memiliki prestasi Judo secara permanen dan tentunya tanpa biaya (gratis).

Cukup disayangkan, dengan adanya isu politik yang cukup mengusik hampir semua UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) sejak pergantian manajemen Kampus. Setelah bertahan dan ikut mengkatrol nama Universitas Trisakti dari Program Olahraga. Pada tanggal 12 Januari 2015. Saya akhirnya menyerah dan legowo untuk melepas fungsi saya sebagai pelatih di Dojo Trisakti sekaligus mengikhlaskan apa yang sudah saya sumbangkan buat Kampus tersebut.

Seingat saya, cobaan saya banyak terjadi di tahun-tahun ini. Salah satunya banyak yang mengatakan bahwa saya terlalu membisniskan judo melalui jaringan sponsor (padahal saya yang usaha ya??) !. Kenyataan yang banyak orang tidak ketahui adalah "Saya tidak membuat perkumpulan untuk menghasilkan uang. Saya menghasilkan uang untuk membuat lebih banyak perkumpulan". Andai kalian tahu, betapa beratnya saya untuk "Meminta" kepada rekan saya atau sponsorship kalau bukan demi untuk keberhasilan atlet saya. Tapi, saya pikir mereka hanya menilai saat saya berhasil, berat untuk dikatakan, namun inilah kenyataannya !.

Pada bulan April 2013 saya dan beberapa murid yang juga hobi menekuni Judo yakni Luthfi Hawari, Denny Saviant dan Endah Haryati "sebenarnya" telah memulai kelas Judo di Arena MMA Indonesia. Kelas ini merupakan cikal bakal olahraga Judo secara bisnis dan profesional diperkenalkan dikalangan masyarakat Judo di Tanah Air. Banyak yang mencoba konsep berbayar ini. Sayangnya, banyak yang gugur duluan ditengah jalan. Selain "mungkin" tidak punya konsep. Bisa juga akibat pamor judo yang sudah dikenal sebagai beladiri keras dan berbahaya (dan mungkin juga GRATISAN).

Ada kisah unik tersendiri dari bergabungnya saya di Arena MMA Indonesia. Dimana, pada saat pembukaan Toray Judo Hall di tahun 1994 silam. Bpk. AM. Hendropriono (yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PB PJSI), saat kebetulan hadir dalam acara peresmian Toray Judo Hall. Beliau, berkata kepada ayah saya (saat tersebut menjabat sebagai Ketua Pelaksana Pembangunan dan Ketua Toray Judo Hall), bahwa suatu saat mereka akan membangun olahraga Judo bersama. Selang 20 tahun kemudian, disinilah saya bersama Bapak Ronny Hendropriyono (putra pertama dari Bpk. AM. Hendropryono sekaligus pemilik Arena MMA Indonesia), sebuah kebetulan atau memang sudah ditakdirkan  !.
Picture
Sambil terus mengasah kemampuan yang saya miliki. Saya bersama pejudo asal Provinsi Riau "Aldi Wisra" (yang kemudian menjadi mitra untuk beberapa tahun) bersepakat untuk terus bergerak dibidang sosial dengan mendirikan klub Judo untuk anak berkebutuhan khusus. Selain itu, saya juga mencatat bahwa di tahun 2015. Banyak rekan-rekan saya dari dunia beladiri yang memberikan banyak peluang dan kepercayaan kepada saya. Diantaranya saya diberikan kepercayaan sebagai wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen) Pengurus Besar Persatuan Ju-Jitsu Seluruh Indonesia (PBJSI) yang kemudian berubah menjadi Sekjen 2 untuk kebutuhan Asian Games dan Sekretaris Jendral (Sekjen) Pengurus Besar Persatuan SAMBO Indonesia (PB Persambi). Bahkan sekarang saya menjadi Ketua Umum Federasi Belt Wrestling Indonesia dan Ketua Umum Pengcab PJSI Kota Serang.
Picture
FYI. Pada tanggal 9 Mei 2017. Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI), diresmikan dan dilantik secara langsung oleh Ketua Umum KONI Pusat. Saat ini Subhan Prasandra menjabat sebagai Sekretaris Jenderal 2.
Saat ini, meski sudah sedikit jenuh dengan lingkungan olahraga yang saya kembangkan. Saya masih tetap terus melanjutkan mengajar materi Judo. Sejujurnya, Judo sudah menjadi bagian dari hidup saya sejak kelas 5 SD sehingga sedikit sulit juga untuk tidak melanjutkan apa yang sudah saya mulai. Terlebih, dari Judo inilah saya bisa berkesempatan berkunjung ke wilayah Asia, Eropa, Timur Tengah dan bahkan Amerika. Pada tanggal 14 Februari 2015. Saya bersama team kepercayaan saya mengambil keputusan untuk mengukuhkan Sandro Academy dengan akta notaris dan memulai kembali kampanye awal sosialisasi Klub baru saya. Harapan saya sederhana saja, mengantar anak didik saya ke pentas olahraga nasional dan internasional sehingga mereka memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan yang lebih baik. Saat ini beberapa murid yang terbukti aktif dan mau belajar berorganisasi saya serahkan kepercayaan untuk sedikit banyak mengatur organisasi Sandro Academy.

Jujur, saya cukup bangga dengan perkumpulan yang saya dirikan. dimana, hampir 99% atlet binaan saya setidaknya sudah berhasil merasakan titel juara (meski diantaranya sebatas juara tingkat daerah). Saya juga cukup senang, beberapa diantaranya bahkan bisa memanfaatkan prestasi yang dimiliki sebagai modal melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih baik melalui jalur beasiswa atlet berprestasi. Melalui sponsorship yang saya cari secara mandiri, mereka semua telah merasakan atmofir pertandingan di luar Indonesia.

Sekarang, dengan mensyukuri genapnya usia saya yang ke 39 tahun (21 Januari 2020). saya hanya bisa berdoa dan memiliki satu impian. Bahwa kelak di suatu saat nanti, ada diantara murid binaan saya mengibarkan Sang Merah Putih di Pentas olahraga Internasional, apapun cabangnya akan sama hasilnya bagi saya. !. ​Semoga !!. Amin
Picture
Picture
Picture
Picture
Picture
Picture

KEMBALI KE HALAMAN AWAL
Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • HOME
  • ABOUT
  • SCHEDULLE
  • SUPPORT
  • GALERY
  • EVENT
  • STORE
  • CONTACT
  • FAQ