Gelar “pelatih” adalah gelar atau sebutan yang memancarkan rasa hormat, respek, status, tanggungjawab. Gelar Pelatih seringkali berlanjut meskipun tugas sebagai Pelatih sudah selesai. Sekali Pelatih selamanya adalah Pelatih bagi atlet, bagi teman, dan bagi masyarakat. Atlet menganggap bahwa seorang pelatih adalah ahli dalam segala hal dan pandai memainkannya. Dan banyak atlet yang ingin seperti pelatihnya kalau kelak menjadi pelatih. Meskipun ada juga yang tidak, dan bersumpah tidak berbuat seperti pelatihnya dulu. Akan tetapi apa yang diperolehnya dari pelatih akan senantiasa membekas pada atlet.
Pelatih adalah seorang yang harus tahu tentang semua kebutuhan yang menjadi dasar bagi terpenuhinya kondisi dimana atlet memiliki peluang untuk mencapai prestasi. Hubungan antara pelatih dengan atlet yang dibina harus merupakan hubungan yang mencerminkan kebersamaan pandangan dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan. Seorang pelatih dituntut mampu menjalani profesinya dengan tidak semata-mata bermodalkan dirinya sebagai bekas atlet, melainkan harus melengkapi dirinya dengan seperangkat kompetensi pendukung yang penting, diantaranya adalah kemampuan untuk memindahkan pengetahuan keolahragaannya kepada atlet secara lengkap baik dari segi teknik, taktik, maupun mental. Pada hakekatnya apabila seseorang sudah berniat menjadi seorang pelatih salah satu cabang olahraga, maka sebenarnya ia sudah harus mempersiapkan dirinya untuk menjadi contoh yang baik daripada atlet yang dilatihnya, seorang pelatih yang baik memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut :
Falsafah seorang pelatih harus tercermin dari pendapat dan tingkah laku dalam melaksanakan tugas sebagai Pelatih dan dalam membina atlet untuk berkembang secara optimal baik kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Di samping itu tugas pelatih adalah juga untuk mengembangkan keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian, dan respek terhadap orang lain. Semua yang indah-indah tersebut di atas memang selalu menjadi harapan dari seorang pelatih, terutama orang tua atlet. Dan pelatih pun senantiasa juga mengharapkan dirinya akan bisa menjadi pemimpin yang ideal. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah, karena entusiasme para pelatih terhadap atlet atau timnya yang selalu pelatih harapkan untuk menang di dalam setiap pertandingan, maka pelatih sering lupa akan tugas sucinya. Pelatih sering lupa bahwa olahraga pertama-tama seharusnya merupakan suatu kegiatan atau permainan yang harus dilakukan dalam suasana bersahabat, dan yang terpenting sebenarnya bukanlah menang atau kalahnya, akan tetapi bagaimana menang atau kalahnya itu, apakah menang secara sportif atau kalah secara ksatria. Hal-hal negatif demikianlah yang sering kali menyebabkan olahraga menjadi suatu aktivitas komersial dan bukan lagi sesuatu yang menyenangkan dan dapat dinikmati. |
Dalam dunia olahraga fungsi dan peran seorang pelatih sangat erat hubungannya dengan capaian prestasi yang diukir oleh atlet. Pelatih adalah seorang yang harus tahu tentang semua kebutuhan yang menjadi dasar bagi terpenuhinya kondisi dimana atlet memiliki peluang untuk mencapai prestasi. Hubungan antara pelatih atlet yang dibina harus merupakan hubungan yang mencerminkan kebersamaan pandangan dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan.
Kemampuan untuk mengorganisir dinamika mental atlet merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai pelatih. Kompetensi ini akan lebih banyak terlihat ketika pelatih menghadapi suasana kompetensi yang penuh dengan tekanan. Pengalaman menjadi modal utama dalam menghadapi situasi ini. Penguasaan kecabangan olahraga dan dalamnya pengalaman tidak serta-merta akan menjadikan dirinya sebagai pelatih yang dihormati dan disegani kecuali jika dirinya sudah memiliki karakter dan filosofi sebagai seorang pelatih. |