SANDRO ACADEMY RESMI GANDENG
IKO NAKAMURA KARATE
Hari Minggu tanggal 23 Agustus 2020. Menjadi sejarah dan babak baru bagi organisasi Sandro Academy yang berdomisili di Kota Tangerang. Dimana, untuk pertama kalinya aliran Kyokushin Karate melakukan uji coba latihan perdana dan dilanjutkan dengan kerjasama pembukaan cabang IKO NAKAMURA KYOKUSHINKAI KARATE untuk Kota Tangerang Banten. Sandro Academy yang diwakili langsung oleh Subhan Prasandra mengungkapkan bahwa Kehadiran Kyokushin Karate IKO NAKAMURA di Sandro Academy harapannya bisa menjawab keterbatasan sarana olahraga dan karate aliran kyokushin pada khususnya di wilayah Kota Tangerang,” papar Subhan selaku Pendiri dan CEO Sandro Academy
Ia mengapresiasi kehadiran Kyokushin Karate di Sandro Academy. Menurutnya dengan semakin banyaknya masyarakat yang berminat ikut beladiri, maka akan ada banyak keuntungan karena selain bisa untuk olah fisik, menjaga diri dan melindungi orang yang membutuhkan, berlatih beladiri pun bisa untuk prestasi.
Adapun aliran Kyokushin Karate yang akan dikembangkan adalah aliran dari IKO NAKAMURA yang diawasi langsung oleh Sensei Jesse Chandra 4th DAN Selaku official representative IKO Nakamura di Indonesia. APA ITU KARATEKyokushin kaikan (極真会館) adalah sebuah aliran karate yang didirikan oleh Masutatsu Oyama (大山倍達 Ōyama Masutatsu). Aliran ini menekankan latihan fisik dan full-contact kumite, yakni latih-tanding (sparring) tanpa pelindung. Kyokushin memiliki arti kebenaran tertinggi, yang diyakini oleh Mas Oyama sebagaimana karate itu seharusnya diajarkan dan dipelajari. Kurikulum Kyokushin menekankan pada pertarungan realistis dan kekuatan fisik.
Masutatsu Oyama, pendiri aliran Kyokushin, lahir sebagai seorang Korea yang bernama Choi Hyung Yee. Sewaktu kecil di Korea, dia mempelajari seni bela diri Korea yang bernama Chabee. Chabee mendapat pengaruh dari seni bela diri Tiongkok "Seni 18 Telapak Tangan" yang dikembangkan lebih lanjut oleh orang Korea menjadi Chabee. Sejak kecil, Choi Hyung Yee bukanlah seorang anak yang diam saja dan bersabar kalau diganggu. Ia sering terlibat dalam perkelahian, apalagi bila ia atau teman-temannya diganggu. Kepribadian yang agresif inilah yang ia wariskan ke Kyokushin menjadi sebuah aliran yang menekankan offense, dan pentingnya menjatuhkan lawan secepat mungkin.
Pada masa Perang Dunia 2, Choi Hyung Yee pindah ke Jepang dan mendaftarkan diri sebagai mekanik pesawat tempur. Di Jepang, ia tinggal bersama keluarga perantuan dari Korea dan mengadopsi nama keluarga mereka, Oyama. Pada saat itu banyak orang perantauan yang mengadopsi nama Jepang agar mudah berbaur dan diterima masyarakat Jepang. Setelah perang usai pada tahun 1945, dia mempelajari karate Shotokan dari guru besar Gichin Funakoshi. Pada saat yang bersamaan, dia bertemu dengan sesama perantauan dari Korea bernama So Nei Chu. So Nei Chu mewarisi Goju-Ryu dari Gogen Yamaguchi, dan Mas Oyama mempelajari Goju-Ryu dari So Nei Chu. "Kyokushin adalah aliran Karate yang menekankan offense, dan pentingnya menjatuhkan lawan secepat mungkin". Sewaktu di Jepang, kepribadian yang agresif dan tidak mau kalah masih melekat kuat pada diri Oyama muda. Di Tokyo, ia sering terlibat perkelahian dengan para gangster Jepang maupun tentara Amerika yang bertugas di Jepang. Ia pernah secara tidak sengaja membunuh seorang gangster Jepang yang terkenal ahli menggunakan pisau (Akhirnya dia dibebaskan dari tahanan dengan alasan membela diri). Oyama juga dijuluki "Superman dari Timur" oleh masyarakat setempat karena sering membela orang-orang lokal dari tentara Amerika yang berbuat onar. Setelah beberapa saat, Tokyo menjadi tidak aman lagi bagi Mas Oyama, karena dia dicari oleh banyak pihak yang ingin membalas perbuatannya. Atas saran So Nei Chu, Mas Oyama akhirnya mengasingkan diri ke sebuah gunung untuk merenungkan tujuan hidupnya.
|
Setelah beberapa saat, dia merasa latihan di gunung sudah cukup dan memutuskan untuk turun ke kota. Mas Oyama mengikuti kejuaraan karate dan menjadi juara. Akan tetapi, ia masih merasa kecewa dengan kemampuan yang dimilikinya. Merasa masih belum mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya pada pertarungan yang sesungguhnya, Mas Oyama mencukur habis rambutnya dan sekali lagi naik ke gunung untuk berlatih.
Setelah lebih dari setahun di gunung, Mas Oyama akhirnya turun untuk menguji hasil dari latihannya. Di sebuah desa, ada seekor banteng yang akan dijagal. Ia meminta izin untuk menjatuhkan banteng tersebut dengan tangan kosongnya. Akan tetapi, dia gagal pada usaha pertamanya. Setelah dipukul, banteng tersebut marah dan mengobrak-abrik kerumunan orang-orang di sekitarnya. Mas Oyama tidak menyerah. Ia berhari-hari mempelajari banteng-banteng tersebut. Setelah itu, dia mencobanya lagi. Banteng tersebut jatuh dengan sekali pukul ke arah kepalanya. Berita tentang seorang karateka menjatuhan banteng dengan kepalan tangannya menyebar dengan cepat. "Kumite (sparring) digunakan untuk melatih aplikasi berbagai gerakan dalam situasi pertarungan yang sesungguhnya. Kumite merupakan bagian penting dalam latihan Kyokushin, terutama bagi mereka yang sudah bertingkat tinggi". Dengan modal ketenaran inilah, Mas Oyama lalu mendirikan sebuah dojo karate di Tokyo. Karate di dojo ini menekankan pentingnya latihan full-contact kumite (latih-tanding tanpa pelindung). Menurutnya, full contact kumite merupakan hal yang penting untuk mengasah semangat dan ketrampilan berkelahi. Hal ini sempat menimbulkan ketegangan dengan tetua-tetua dari aliran karate lain yang berpendapat bahwa praktik aplikasi karate secara langsung itu berbahaya dan tidak perlu. Puncak ketegangan ini muncul pada tahun 1960-an. Pada waktu itu, petinju Muay Thai menyatakan bahwa Thai Boxing adalah seni bela diri yang terkuat, dan ia telah mengalahkan banyak wakil aliran bela diri, termasuk karate Jepang (Pada waktu itu, karate sedang populer di dunia internasional, dan petinju Muay Thai ini ingin memanfaatkan kesempatan untuk mencari nama). Petinju Muay Thai tersebut meminta wakil resmi dari Jepang untuk menjawab tantangannya. Sikap resmi dari aliran-aliran Karate di Jepang adalah untuk tidak melayani tantangan tersebut, karena tujuan dari Karate adalah untuk membina mental dan salah satu dari perwujudan penempaan mental tersebut adalah untuk menghindarkan dari perkelahian yang tidak perlu. Akan tetapi, Mas Oyama berpendapat bahwa "Karate memang bukan untuk mencari masalah. Tetapi apabila masalah itu datang dengan sendirinya, lari dari masalah adalah tindakan pengecut". Ia mengirim 3 murid terbaiknya ke Thailand untuk bertanding dengan aturan Muay Thai. Dua dari tiga muridnya tersebut menang dan mereka kembali ke Jepang dielu-elukan sebagai pahlawan yang mengangkat harga diri Jepang. Hal ini menambah ketegangan antara aliran Oyama ini dengan aliran-aliran Karate yang lain, sehingga banyak aliran lain yang menjuluki aliran Oyama sebagai "bukan Karate" dan "ilmunya para berandalan". Mas Oyama tidak ambil pusing atas tanggapan tersebut. Ia secara resmi mendirikan Kyokushin yang berarti kebenaran tertinggi yang dia yakini sebagaimana Karate seharusnya diajarkan dan dipelajari. Ia mengadakan turnamen-turnamennya sendiri merespon dilarangnya Kyokushin mengikuti pertandingan-pertandingan Karate.
Meski di-'anak-tiri'-kan, Kyokushin berkembang pesat di dalam maupun di luar Jepang, terutama karena beberapa generasi pertama Kyokushin banyak menantang berbagai aliran bela diri di Asia maupun di negara-negara Barat.
Sosui Makoto Nakamura adalah pendiri Organisasi Karate Internasional Kyokushinkaikan Nakamura (IKO NAKAMURA). Saat ini Sosui Makoto Nakamura adalah ketua organisasi. Daihyo Masanaga Nakamura 8th Dan, putra Makoto Nakamura adalah Presiden Organisasi dan Shihan Tats Nakamura 7th Dan. |