Mendapatkan Seragam Latihan & Pertandingan dengan Elegan dan Harga Lebih Terjangkau.
Seragam Latihan (GI) yang dipakai untuk berlatih atau yang digunakan untuk kompetisi bukan saja sebagai pelindung tubuh melainkan juga untuk menyesuaikan dengan aturan yang diberlakukan oleh tiap federasi olahraga nasional dan internasional seperti IJF untuk Judo dan JJIF untuk Jiu-Jitsu.
Banyak jenis model GI yang ada dipasaran dengan harga bervariasi tergantung merek, desain, bahan dan model atau lisensi resmi yang disematkan di dalam setiap produknya. Agar memperoleh pakaian yang berkualitas dan tahan lama, ada beberapa yang bisa diperhatikan seperti misalnya kekuatan jahitannya, jenis kainnya hingga warna dan dimana pabrikasi GI nya. Berbeda dengan seragam latihan beladiri lainnya, biasanya GI Judo dan Jiu-Jitsu terbuat dari bahan yang lebih kuat dan tebal yang umumnya dibuat agar menunjang latihan di lapangan, sudah pasti ada kriteria khusus tertentu yang biasanya diberlakukan dalam proses pengerjaan dan pemasarannya. Tidak heran, dengan tingkat kesulitan yang ada serta mahalnya lisensi yang harus dibeli atau di kontrak untuk masa tertentu. Sudah dipastikan akan membuat harga GI di Indonesia melonjak lebih tinggi ketimbang negara di Asia lainnya. Berapakah harga GI yang menurut kamu wajar? Sekitar Rp 1.000.000,- Rp 2.000.000,-, atau diatas Rp 3.000.000,-? Beragam GI yang sering kita pakai pasti memiliki variasi harga tersendiri. Menyebut harga murah atau mahal, seringkali kita harus menengok label dan tipenya terlebih dahulu.
Bisa jadi Rp 4 sampai 5 juta untuk satu GI MIZUNO atau KUSAKURA dengan lisensi IJF Approved untuk Judo dan Shoyoroll masih tergolong murah. Merek memang sangat mempengaruhi harga suatu produk. Semakin terkenal merek tersebut, kita cenderung memaklumi jika harganya mahal. Tapi, jika dipikir-pikir kembali, sebenarnya apa sih yang membuat GI (dan mungkin barang branded lainnya) khususnya brand internasional bisa lebih mahal ya? Begini nih jawabannya!. Berdasarkan penjelasan dari CEO MATSURU Netherlands, tingginya harga GI bermerek terjadi melalui metode standarisasi harga yang dikenal dengan istilah “Keystone Markup”. Keystone markup sering diterapkan berbagai perusahaan brand, terutama brand ternama. Metode ini diterapkan dengan melipatgandakan biaya produksi yang bisa mencapai 50 hingga 100 persen. Tidak semata-mata untuk mencari keuntungan, metode ini dianggap paling mudah untuk mematok harga suatu produk. Sehingga bisa berlaku secara universal (internasional) di berbagai tempat. Tentunya biaya tersebut masih belum termasuk Bea Masuk, Bea Import, Bea Kirim dan biaya lainnya bila produk tersebut masuk ke INDONESIA. (kalian pasti paham). Biasanya, keystone markup diterapkan melalui dua tahapan. Tahap pertama yaitu penetapan harga ke retailer. Kedua, penetapan harga ke konsumen. Misalnya dalam industri fashion (termasuk GI). Industri fashion secara umum dibagi ke dalam dua segmen, yaitu brand dan retailer. Brand lebih fokus kepada desain dan produksi, sementara retailer mengelola persedian produk yang dijual ke konsumen.
Sebelum suatu produk sampai ke tangan konsumen, brand terlebih dahulu menjual produknya ke retailer. Dalam tahap ini, brand sudah melipatgandakan harga produksinya, biasanya dua kali lipat. Lalu, ketika retailer mendapatkan produknya, dia akan melipatgandakan produknya sebanyak dua lipat lagi sebelum dijual ke konsumen. Proses ini diiringi dengan berbagai analisis. Di antaranya seperti analisis pasar untuk meninjau tingkat persaingan, menentukan produk dari brand lain yang menjadi kompetitor, dan analisis untuk menghitung total biaya produksi yang akan ditetapkan brand tersebut.
|
Contohnya produk GI dari brand X dengan biaya produksi sebesar USD. 50,-. Kemudian, biaya produksi di lipatgandakan menjadi USD. 100,- ketika akan dibeli retailer. Setelah itu, retailer melipatgandakannya lagi menjadi USD. 200,-. Akhirnya, konsumen membeli GI tersebut dengan harga USD. 200,-
Inilah rahasianya mengapa pada saat obral, banyak toko berani memangkas harga produknya hingga 50 persen, bahkan lebih! Jika kamu memperhatikan baik-baik saat melihat obralan di sebuah toko/website atau sosmed yang dijadikan sebagai e-Commerce murah meriah, kamu bisa bertanya-tanya, bagaimana bisa GI dari harga Rp. 3.500.000,- jadi cuma Rp 2.500.000,- (selisih Rp. 1.000.000,-) atau bahkan lebih murah lagi. Potongan harga ini bisa dikatakan belum tentu merugikan pengecer atau brand yang menjual produk tersebut. Alasannya karena harga tersebut sudah melalui metode Keystone Markup itu tadi. Harga yang tinggi bisa juga disebabkan faktor mahalnya bahan mentah untuk proses produksi. Selain mahal, harga barang bermerek kerap mengalami kenaikan seiring waktu. Namun, bagi beberapa perusahaan, hal ini belum tentu karena keinginan menambah keuntungan. Beberapa perusahaan mengaku harus menaikkan harga produknya, karena biaya produksi yang meningkat atau perubahan naik turun kurs mata uang di negara tertentu. Beberapa pihak mengaku peningkatan harga juga dilakukan untuk memancing konsumen, dari kalangan jetset, tertarik membeli produk mereka. Tujuannya agar terciptanya citra eksklusif di barang tersebut. SANDRO ACADEMY MENJUAL LEBIH MURAH KARENA JALINAN KERJASAMA SEBAGAI BRAND AMBASSADOR
Sejak Tahun 2008. Subhan Prasandra mengerti sekali akan kebutuhan atlet terhadap GI bermerek (untuk standar latihan dan kompetisi) dengan kualitas mumpuni. Sayang saat tersebut, hanya ada satu merek (Asal Eropa) yang mendominasi peredaran GI di Tanah Air. Sehingga, pengecer dengan mudah memainkan harga pasar. Baru akhirnya pada tahun 2009, Melalui jaringan yang dimiliki dan kerjasama yang saat itu terwujud dengan 2 juara dunia Judo asal Eropa, yakni Patrick Van Kalken dan Ilias Iliadis. Subhan Prasandra mendapatkan lisensi untuk memasarkan GI ESSIMO dan HAMUSO untuk pasar Indonesia. Melalui pemasaran di bawah harga competitor yang sudah ada, banyak Klub-Klub kecil dan menengah yang terbantu dalam hal sosialisasi dan promosi Judo di wilayahnya masing-masing. Setelah tidak meneruskan hak lisensi dan sempat vakum selama 2 tahun. Subhan Prasandra akhirnya meneruskan keinginannya untuk memasarkan GI ternama dengan harga yang lebih terjangkau. Tidak heran, produsen GI besar asal Belanda sekelas “MATSURU” menerima proposal yang diajukan Subhan Prasandra. Selain bertujuan mengenalkan brand MATSURU mereka pun ikut mendukung program pemassalan dan sosialisasi dari Sandro Academy. Adapun MATSURU memberikan hak edar MATSURU kepada Sandro Academy untuk penjualan IJF APPROVED JUDOGI dengan harga lebih terjangkau. Serta BJJ GI (bisa dipakai juga oleh praktisi Judo), untuk harga PEMASSALAN dan SOSIALISASI melalui penetapan harga ke retailer. Adapun untuk HARGA JUAL GI di SANDRO ACADEMY (tentu saja boleh dibandingkan dengan harga Kompetitor yang sudah ada), bisa disimak sebagai berikut: MATSURU CHAMPION IJF APPROVED Putih IDR. 2.500.000,- Biru IDR. 2.600.000,- MATSURU BLACK BELT IJF APPROVED IDR. 400.000,- MATSURU BRAZILIAN JIU-JITSU GI Putih IDR. 1.300.000,- Walaupun tidak termasuk pada penilaian kualitas sebuah GI. Anda juga pertimbangkan kebutuhan GI yang akan dibeli (untuk latihan atau kompetisi). Hal ini juga meliputi kecocokan, kenyamanan saat dikenakan. GI branded yang mahal belum tentu sesuai dengan anda, Karena untuk melihat cocok tidaknya GI yang digunakan merupakan gabungan dari warna, ukuran, tipe (single atau double weave), model dan bentuk tubuh pemakainya. Begitulah kira-kira penjelasannya kenapa harga GI bermerek lebih mahal. Semoga setelah baca ini, rekan praktisi bisa belajar jadi pembeli cerdas. Karena selain harga dan merek yang diperhatikan, kualitas juga wajib diteliti. PEMESANAN & PEMBELIAN : 081311405131 By. SANDRO PROMOTION TEAM |