PROMOSI
|
Suatu perkumpulan olahraga (termasuk Sandro Academy) dalam mencapai tujuannya selalu berusaha memperkenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat luas agar menimbulkan suatu keinginan dan ketertarikan agar masyarakat awam bisa mengetahui mengenai kegiatan yang dilakukan oleh suatu perkumpulan.
Apabila anda seorang praktisi olahraga yang cukup aktif, tentunya anda sangat menyadari apabila olahraga yang anda tekuni diminati oleh masyarakat atau tidak. Cara paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan survey kecil-kecilan yang bisa anda lakukan sendiri. Anda bisa mendata, seberapa banyak perkumpulan olahraga (yang anda tekuni) di wilayah anda (baik di wilayah tempat tinggal atau tempat kerja). Setelah itu, anda bisa sekalian menghitung seberapa banyak jumlah anggota aktif (yang rutin latihan) dalam seminggu atau katakanlah sebulan.
Seperti yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat umum. Bahwa olahraga terbagi kedalam beberapa macam jenis. Diantaranya ada olahraga permainan, olahraga rekreasi dan ada juga olahraga prestasi. Jenis olahraga prestasi inilah yang sebenarnya mau saya coba bahas. Kenapa ?. Karena cabang olahraga prestasi merupakan salah satu kegiatan yang pola pelatihan dan pembinaannya ikut menjadi sorotan daerah. Karena memiliki anggaran tersendiri yang mau tidak mau wajib dipersiapkan oleh KONI Daerah dan KONI Pusat karena menyangkut reputasi daerah dan bahkan reputasi bangsa. Perlu saya tegaskan, bahwa disini saya tidak akan membahas mengenai kemungkinan adanya pelanggaran atau pun mekanisme pengajuan anggarannya. Selain tidak punya kapasitas, saya juga tidak ada ketertarikan untuk membahas hal tersebut. Ada hal lainnya yang "mungkin" lebih menarik untuk dibicarakan dan mendapat porsi tersendiri. Diantaranya, mari kita coba bicara masalah promosi dan pembinaan. Sebenarnya kedua topik ini saling tarik menarik dalam hal sukses prestasi olahraga nasional. Sayangnya, tidak banyak perkumpulan apalagi daerah yang fokus terhadap hal tersebut. Banyak dari stake holder / pemangku jabatan di organisasi keolahragaan nasional dan daerah hanya fokus di masalah pembinaan. Karena apa, tidak lain karena pembinaan memang ada anggarannya, terlebih bila ada kompetisi yang menyangkut harga diri wilayah seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) ataupun Pekan Olahraga Provinsi. Bagaimana dengan kebutuhan promosinya, informasi lalu edukasinya ?. Sayangnya, hampir tidak ada !. Bagaimana masyarakat bisa mendapatkan informasi, lokasi atau bahkan mendukung / mensponsori kegiatan apabila mereka tidak tahu menahu mengenai kegiatan yang akan di sponsori oleh organisasi kita. Kebanyakan pelaku olahraga hanya menyodorkan proposal kegiatan, bermimpi di sponsori atau bahkan hanya pandai berteori ketika ditanya mengenai segala sesuatunya. Jadi janganlah heran, apabila di kota-kota besar masih banyak masyarakat yang awam (khususnya sponsor) dengan jenis olahraga yang anda tekuni. Melanjutkan tulisan saya mengenai pengalaman mengelola suatu kompetisi. Sejak tahun 2010 saya sudah mencoba memberanikan diri dengan menawarkan konsep sportaiment (perpaduan sport dan entertaiment) di beberapa mall besar di kota Tangerang, Medan dan Ibukota Jakarta dengan tujuan bahwa kegiatan ini mampu mendatangkan ketertarikan pengunjung untuk sekedar melihat. Tentu tidak banyak yang tahu, atau memang tidak mau tahu bahwa berhadapan langsung dengan birokrasi dan tentunya menjelaskan kepada team marketing sebuah pusat perbelanjaan mengenai konsep yang hendak saya tawarkan mungkin adalah hal paling sulit yang pernah saya dan team kerjakan. Bagaimana tidak, mengingat saya meminta lahan hampir 1 atrium (kurang lebih 1 lantai - Main Hall) dari mall yang saya datangi. Ambil satu contoh ketika saya mengantarkan langsung proposal kegiatan saya di salah satu mall terbesar di Kota Tangerang saat itu (tahun 2010). Menurut perhitungan team marketing mall tersebut, biaya sewa yang dibutuhkan sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta) untuk penggunaan 2 hari kompetisi dan tambahan setengah hari untuk bongkar pasang matras. Itupun belum termasuk pajak dan biaya lainnya. Tentunya bagi sebagian orang, jumlah tersebut sangatlah fantastis. Tapi tidak bagi saya. Karena saya terus memutar otak bagaimana kegiatan saya bisa menjadi lebih eksklusif tentunya dengan dukungan sponsor !. Alhamdullilah, dengan kerjasama team yang baik dan tentunya berkat bantuan doa seluruh panitia dan peserta serta di ikuti strategi promosi yang sangat baik. Mall tersebut malah berubah menjadi mitra kegiatan dan saya TIDAK PERLU KELUAR BIAYA SEPESERPUN. Disinilah posisi negoisasi kita dalam hal mempromosikan dan segala sesuatunya agar bisa berjalan efektif. Terlebih bila kita mampu menyakinkan korporasi terbesar untuk menjadi bagian dari kegiatan kita. Banyak juga pelaku dan praktisi olahraga menanyakan kepada saya, kenapa harus dilaksanakan di dalam Mall, sedangkan kita sudah memiliki gedung olahraga mandiri.
|
apakah lebih ekonomis dari sisi pembiayaan. Saya hanya bisa jawab, ya karena tujuan saya untuk mempromosikan cabang olahraga yang saya kelola. Tentunya masyarakat awam bisa melihat dan menilai langsung. Pastinya untuk kedepannya, saya bisa lebih mudah menyakinkan korporasi lainnya untuk bisa terlibat di kegiatan saya.
Sudah menjadi rahasia umum, bila kita mengemas suatu kegiatan kompetisi di gelanggang atau gedung olahraga. Penonton hanya terdiri atas panitia penyelenggara, security, dan orang tua yang mendampingi si atlet itu sendiri (istilahnya supporter) !. BENAR KAN ? Sampai terkadang kita suka tertawa sendiri, apabila ada sponsor yang menyarankan jual tiket masuk sebagai syarat utama kemitraan, yang dapat diterapkan di kegiatan olahraga kita. Lah bagaimana ? gratis saja sepi bagaimana kalau berbayar !!. Artinya apa, ya mungkin karena kemasan kompetisi tersebut tidak ada nilai jual akibat kurangnya promosi. Lebih ironis lagi, ketika kompetisi hanya bergulir bilamana ada anggaran dari Koni daerah saja. Bila tidak ada anggaran, maka tidak ada kegiatan. (pasti ada yang tersenyum, karena sudah atau sering mengalami)
Suka atau tidak suka ya memang begitulah kondisi olahraga prestasi kita. bahkan pemandangan ini hampir terjadi disemua cabor olahraga. Mungkin kita bisa belajar dan mengambil contoh dari cabang Bulu Tangkis. Dimana, mereka dibackup dari sisi finansial oleh perusahaan swasta yang begitu kuat. Bahkan memiliki promosi tersendiri berbentuk iklan di TV hanya sekedar untuk mencari kandidat atlet terbaik di Indonesia. Bagaimana cabang olahraga lainnya ?
Tanpa bermaksud mengurui, sejak tahun 2010 saya memang sudah sedikit melakukan riset ala kadarnya. Dimana, hingga saat ini saya terus mengelola beberapa kegiatan baik besar ataupun kecil agar team saya terus terasah keterampilannya, minimal mereka tahu positioning mereka dimana. Selain mall, melalui Venue Director Sandro Academy. Sdr. Gommos Praditya. Kami pun membidik beberapa tempat strategis seperti Jakarta Convention Centre (JCC), Istora Senayan dan ICE BSD sebagai venue tetap kompetisi Sandro Academy di era tahun 2020 dan tahun-tahun setelahnya. Memang dari sisi harga, cukup mahal tapi kembali lagi. Disinilah team promosi kita bekerja agar mampu menjaring sponsor potensial. Salah satu kunci keberhasilan lainnya bagi team saya adalah memaksimalkan pemikiran-pemikiran muda (anak muda). Sudah menjadi rahasia umum bahwa team saya beranggotakan banyak anak-anak muda berusia dibawah 30 tahun. Memang banyak pihak yang memandang sebelah mata, tapi siapa sangka melalui pemikiran dan ide fresh dari mereka, Team saya sudah berhasil mengelola hampir 40 kali event olahraga baik skala daerah, nasional ataupun internasional. tentunya di sisi lain, pergerakan kepanitian pun lebih cepat dan akurat. Akhir kata, Promosi adalah satu hal terpenting dalam dunia Kompetisi (dalam hal ini kompetisi Olahraga). Mengapa? Karena promosi adalah satu-satunya cara untuk mengenalkan konsep dan program kita ke masyarakat dan calon sponsor yang potensial. Kalau kita tidak mempromosikan kegiatan kita, lalu bagaimana agar masyarakat dapat mengenali kegiatan kita.
Saat ini para pelaku olahraga Indonesia beranggapan bahwa promosi berarti membuat iklan dan itu membutuhkan biaya puluhan dan bahkan ratusan juta. Asumsi seperti ini muncul karena iklan-iklan kebanyakan muncul di media-media komersil seperti tv, majalah, koran, brosur, dan media lainnya. Dengan melalui media-media ini tentu kita harus mengeluarkan dana yang berlebih untuk membuat dan memasang iklan. (baca juga: Sponsorship, cara jitu mendapatkannya). Kenapa tidak mencari dan memanfaatkan media lain yang lebih mudah, hemat dan efektif seperti Internet misalnya. Saat ini hampir seluruh dunia sudah mengakrabkan diri dengan bisnis dan informasi online via internet. Bahkan, sosial media (sosmed) seperti Instagram, Youtube dan Facebook sudah menjadi media komunikatif yang mudah dan menjadi salah satu senjata untuk meningkatkan promosi. Lalu, mulailah mempromosikan kegiatan anda di internet dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dari membuat iklan di surat kabar atau televisi. Ingatlah bahwa promosi adalah jalan terbaik untuk mendekatkan anda dengan calon sponsor anda. |