Mari Kita Jaga Bumi Kita dari Sampah
Pola pikir masyarakat mengenai pemanfaatan sampah masih sangat rendah dan perlu perlu ditingkatkan lagi. Buktinya, masih banyak barang rusak, barang yang tidak terpakai, kemasan produk, dan berbagai sisa makanan hanya dibuang begitu saja. Kebanyakan sampah-sampah tersebut bertumpuk di tempat sampah, dan akhirnya mengambang di sungai atau di laut. Hal ini bukan hanya sekedar membuat pemandangan yang tak enak atau bau tak sedap saja. Tetapi juga akan mengganggu ekosistem darat dan laut, serta merusak kelestarian lingkungan.
Maka dari itu, penyelesaian masalah sampah tidak bisa jika hanya mengandalkan petugas kebersihan saja. Seluruh lapisan masyarakat juga harus bergerak menangani masalah sampah. Sampah tidak hanya merusak kelestarian lingkungan, tapi juga mengganggu kesehatan masyarakat. Pencemarannya yang bisa melalui udara, air, tanah, maupun kontak dengan organisme lain dapat menimbulkan penyakit
Maka dari itu, penyelesaian masalah sampah tidak bisa jika hanya mengandalkan petugas kebersihan saja. Seluruh lapisan masyarakat juga harus bergerak menangani masalah sampah. Sampah tidak hanya merusak kelestarian lingkungan, tapi juga mengganggu kesehatan masyarakat. Pencemarannya yang bisa melalui udara, air, tanah, maupun kontak dengan organisme lain dapat menimbulkan penyakit
Siani Sukardi selaku Juru bicara dari Yayasan Susan Kumala, mengatakan, sampah dapat dikelompokkan tiga jenis. Ada organik, anorganik, serta bahan berbahaya dan beracun [B3].
Sampah organik yang tidak terkelola, selain menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu estetika, juga menjadi media perkembangbiakan vektor dan hewan pengerat. “Dampak langsungnya menurunkan kualitas lingkungan. Ini dapat menimbulkan efek pada biota maupun kesehatan manusia,” kata Siani kepada Subhan Prasandra selaku CEO Sandro Academy, organisasi yang sangat memberikan perhatian terhadap prestasi dan lingkungan, Sabtu [17/10/2020]. Efek tidak langsung sampah organik, mengakibatkan meningkatnya penyakit yang dibawa vektor nyamuk [vektor borne disease] dan tikus [rondent borne disease]. Sementara, sampah anorgaik, seperti mikroplastik, terutama diapers atau popok sekali pakai yang bahan mayoritasnya limbah impor, mengandung super adsorbent polymer [SAP]. Memiliki efek perusak hormon pada biota perairan. “Melalui rantai makanan, SAP masuk ke tubuh manusia serta berpotensi mempengaruhi keseimbangan hormone. Akibatnya, muncul berbagai penyakit gangguan hormon, infertility, dan sebagainya,” terang Siani Sukardi.
Limbah plastik, sangat mungkin terjadi reaksi kimia pada suhu tinggi yang mengakibatkan senyawa mikroplastik lebih mudah terlepas ke lingkungan atau alam. Selanjutnya, masuk ke tubuh makhluk hidup, termasuk sangat mungkin terakumulasi dalam tubuh manusia. “Jika terkena suhu tinggi, termasuk selama perjalanan di kontainer untuk waktu lama, bakteri sangat mungkin berkembang biak. Terutama, bila ada limbah organik yang merupakan kesukaan mikroba. Efeknya dapat mengganggu kesehatan,” terang Siani.
Sedangkan limbah bahan berbahaya dan beracun [B3], sesungguhnya tidak boleh sama sekali ada di lingkungan bebas, karena sifatnya beracun. “Harus diisolasi.
|
Penanganan
Penanganan sampah maupun limbah perlu kehati-hatian. Jika limbah langsung mengenai tanah, dapat meningkatkan risiko soil borne disease, soil transmited disease berupa kecacingan. Bila kena air, dapat meningkatkan water borne disease seperti diare, hepatitis, keracunan logam berat, serta alergi. Sedangkan dengan udara, meningkatkan air borne disease seperti sesak nafas, asma, kerusakan paru, dan sebagainya.
“Limbah jika dibakar dapat menyebabkan polusi, menurunnya kualitas udara karena mengandung karbondioksida [CO2], metan, polycyclik aromatik hidrocarbin, yang ini dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi saluran napas, gangguan syaraf, jantung, dan kanker,” terang Subhan Prasandra selaku CEO Sandro Academy. Beberapa hasil penelitian di tempat pembuangan akhir sampah di Indonesia, menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan, baik udara, air, dan tanah. Perluk penanganam segera terhadap kondisi lingkungan tercemar, agar tidak terjadi dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat.
“Tidak hanya berdampak akut [saat itu juga], tapi kronis [beberapa tahun kemudian), seperti kanker dan gangguan syaraf. Toksisitas limbah bisa masuk ke tubuh lewat oral [makanan], saluran pernapasan, dan kontak kulit. Bila terakumulasi, merusak sistem tubuh manusia,” papar Subhan. dr. Ridwan Rasyid dari team Kesehatan dan Penanganan medis Cidera Olahraga Sandro Academy, mengatakan bahwa pembuangan sampah secara terbuka dapat memunculkan berbagai penyakit dan mengancam kesehatan masyarakat. Menurut Rasyid, manusia yang kulitnya terpapar limbah atau sampah secara langsung, dapat berpotensi menimbulkan reaksi berupa alergi, dan menjadi pintu masuk kuman. Terlebih, bila tidak terlindung sarung tangan khusus. “Infeksi beragam, sesuai jenis kumannya. Bisa dermatitis atau infeksi kulit lainnya,” katanya. Sedangkan sampah yang dibakar, selain menimbulkan bau dan polusi udara, hasil bakarannya dapat menyebabkan iritasi di saluran napas. Dalam waktu lama, menyebabkan gangguan saluran napas.
“Penanganan penyakit akibat paparan langsung limbah atau sampah, dapat dilakukan di rumah sakit atau dokter,” ujarnya. Sekarang giliran kalian, sudah terbayang apa yang akan kalian lakukan? Barang seperti apa yang akan kalian serahkan? Keep trying ya, zero waste lifestyle berawal dari kita untuk kita. |