Ayah, Maaf Bella Kalah..!
Pada tanggal 8 - 11 Desember 2017 dengan membawa keluarga serta 4 atlet ( 2 diantaranya adalah putri saya yang masih berusia 3 dan 6 tahun), saya kembali datang ke Singapura untuk mengikuti Jagsport Open Invitational Judo Championship yang digagas oleh Kolega saya, Mr. Gerard Lim. Seperti biasa, untuk kebutuhan internasional saya mengendepankan Klub Sandro Academy sebagai nama perkumpulan yang didaftarkan sebagai klub peserta di luar Indonesia. Adapun kedua atlet (Azra Aulia Rahman & Ananda Tri Putra) yang saya daftarkan berasal dari Perkumpulan BSA Martial Arts (BSD, Serpong) dan kebetulan kedua putri saya biasa berlatih saat saya mengajar di ARENA MMA INDONESIA. Saya berani pastikan bahwa kedua nama Dojo/Gym tersebut adalah jaminan prestasi untuk klub Judo berbayar di wilayah Kota Tangerang dan Jakarta.
Di kompetisi tahun ini, kedua Putri saya turun di kelas MIX Under 10 Year. Artinya putri saya akan berhadapan dengan lawan yang usianya lebih tua, lebih berat dan tentunya lebih di segala-galanya (bahkan Pria karena kelas MIX - Campuran). Tentu saja, sebagai orangtua saya sedikit merasa khawatir dengan kondisi tersebut mengingat putri saya baru berusia 3 dan 6 tahun, utamanya Isabella Mahadewi Putri yang pada saat kompetisi berlangsung menjadi atlet termuda, terkecil dan teringan dalam sejarah pelaksanaan Kompetisi Judo Jagsport. (baca juga: Problematika Pembina Judo Usia Muda) Saya selalu bertanya berulang kali kepada kedua putri saya, apakah Bella dan Rani berani ?, mereka menjawab cepat..IYA DONK AYAH. Jawaban pendek yang membulatkan tekad saya, bahwa saat tersebut mereka sudah siap bertanding. Dan pada pelaksanaannya mereka memang membuktikan bahwa mereka sudah siap tanding, siap jatuh dan siap menang ataupun kalah. Pada intinya, saya kembali menegaskan bahwa kompetisi bukanlah mengenai menang ataupun kalah. Tapi bagaimana proses kita untuk belajar berani menghadapi masalah didepan. Alhamdullilah, meski belum terlalu sempurna dan bahkan belum cukup usia, kedua putri saya sudah menunjukan bakat dan mental juara. Suatu sikap untuk bisa menerima kemenangan apalagi kekalahan. Tidak ada airmata saat mereka terjatuh dan kalah apalagi takut saat menghadapi pertandingan. (baca juga: Pentingnya ikut serta dalam suatu Kompetisi Olahraga) Tanpa mengecilkan peserta yang lain, sebagai orang tua, siapa yang tidak bangga dengan nilai sportifitas yang ditunjukkan oleh keduanya. Bahkan sepanjang kompetisi berlangsung, kedua putri saya sudah bagai selebritis dadakan. Banyak peserta dan official dari mancanegara justru meminta foto bersama keduanya. Saya selalu menekankan kepada seluruh murid saya bahwa Kalah dan menang hanyalah sebuah presepsi dari hasil akhir. Ketika nilai-nilai sportivitas dan etika dalam suatu kompetisi dijunjung tinggi, maka setiap figur memiliki kekuatan untuk menerima 'kalah dan menang' dengan penuh tanggung jawab dan senyum.
“Ternyata saya tak pernah benar-benar kalah, meski mungkin belum sampai pada menang” - Quates |
Ketika seseorang tidak ikhlas menerima kekalahan dari sebuah pertandingan, maka secara diam-diam dia sedang menciptakan 'monster' amarah yang membuat dirinya kalah oleh dirinya sendiri. Ikhlas dan bersabar adalah jalan 'berikut' untuk meraih kemenangan. Tidak ikhlas dan penuh kebencian adalah jalan 'berikut' untuk menuju kekalahan.
Menerima kekalahan adalah sebuah bukti bahwa setiap atlet memiliki kerendahan hati dan mensyukuri jalan Tuhan. Menerima kekalahan adalah bukti bahwa setiap atlet telah memberikan kontribusi untuk kemenangan atlet lain. Menerima kekalahan dengan ikhlas adalah bukti bahwa setiap atlet menjadi energi positif untuk kebaikan semua orang. Menerima kekalahan dengan 'senyum tulus' adalah bukti bahwa setiap peserta merasa bahagia dengan siapapun pemenangnya. Menerima kekalahan dengan rasa syukur dan penuh empati merupakan bukti bahwa para peserta pertandingan adalah kompetitor yang menciptakan pemenang yang berkualitas.
Para pemenang adalah mereka yang sangat terampil dalam menerima kekalahan dengan perasaan menang. Para pemenang adalah mereka yang sukses mengalahkan ego dan ambisi pribadi yang berlebihan. Para pemenang selalu memiliki etika untuk berjabat tangan dengan pesaingnya atau lawan tandingnya dan mengucapkan selamat atas kemenangan untuk pesaing yang menang. Menerima kekalahan dengan ikhlas adalah karunia dari Tuhan.
Baca juga artikel terkait lainnya dengan tulisan ini: Beladiri untuk Anak Usia Dini.
Artikel ini didedikasikan kepada para donatur yang telah mendukung partisipasi Team Sandro Academy di Kompetisi JAGSPORT 2017 :
|