ASIAN GAMES - Pesta Untuk Siapa ?Kabar yang muncul, ada beberapa nomor andalan yang tiba-tiba dihapus dalam rapat di Asghabat. Sebagai contoh, dari cabang panahan dan Ju-Jitsu, nomor Compound dan Show System lenyap dalam daftar nomor yang akan dipertandingkan. Padahal di nomor itu, kita meraih dua medali emas Sea Games Kuala Lumpur dan perunggu di Asian Indoor Martial Arts Games 2017. Dan menjadi andalan dan favorit di Asian Games mendatang.
Begitu juga cabor Taekwondo yang kehilangan nomor-nomor andalannya. Dalam rapat Korkom Agustus di Jakarta, sudah diputuskan bahwa cabor ini akan memakai nomor Asian Games. Tapi di Asghabat diubah ke nomor olimpiade. Tidak ada yang salah, Asian Games memang merupakan bagian dari olimpiade meski tidak langsung. Tapi, bagi atlet Taekwondo kita hal itu jelas berdampak negatif. Bayangkan, dari 18 nomor diubah menjadi hanya 12 sesuai olimpiade. Dengan begitu, ada nomor-nomor yang hilang atau diselaraskan. Persoalan muncul karena atlet kita harus menaikan atau menurunkan berat badannya. Sementara mereka terbiasa main di kelas andalan seperti Mariska, 53 kg. Dengan perubahan itu, ia tak punya pilihan: naik ke 57 arau malah turun ke 49 kg. Bukan hanya Mariska, Dhean Titania, Reynaldi Atmanegara, Ibrahim Zaman juga mengalami hal serupa. Kondisi ini sungguh menyulitkan, selain waktu yang sangat mepet, anggaran juga sangat minim. Bagaimana mungkin mengubah atlet yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri di kelasnya, tiba-tiba harus main di kelas lain. Selain itu, dengan anggaran yang minim, maka uji coba untuk penyesuaian pun tidak bisa dilakukan. Wajar jika PBTI, induk cabor Taekwondo memberikan peringatan. Jika nomor-nomor tidak dikembalikan ke nomor Asian Games, cabor ini memilih mundur. Dasar pemikirannya sangat bisa diterima, untuk apa ikut jika kita tidak mampu mencapai hasil maksimal. Mengapa hal itu bisa terjadi? Dari informasi yang kami dapatkan, di Asghabat wakil kita ternyata tak mampu mendebatnya. Tak bisa menjelaskan dan mempertahankan keputusan rapat CorCom (Communication & Coordination). Dari pengalaman yang kami miliki, jika seseorang atau tim tidak mampu mempertahankan keputusan apalagi keputusan baru tersebut akan merugikan kita, hanya dua penyebabnya. Pertama, wakil itu tidak mampu negoisasi karena keterbatasan pengetahuan. Kedua, yang menjadi wakil adalah mereka yang tak paham tentang kekuatan atlet kita. SOLUSI : GANTI SEGERAMelihat fakta tersebut, mumpung masih ada sepuluh bulan, pemerintah selaku pemegang otoritas tertinggi, segera mengganti orang-orang itu. Jika tidak, maka bukan tidak mungkin target 20 medali emas dan masuk dalam deretan 10 besar bangsa-bangsa di Asia, hanya akan jadi kenangan pahit saja.
Apalagi jika kita menyikapi keadaan di republik belakangan ini yang nyaris dipenuhi kegaduhan. Dua atau bahkan tiga tahun terakhir ini, tidak ada hal-hal yang dapat kita banggakan. Untuk itu, kita berharap AG dan para atlet kita bisa mengisi kekosongan tersebut. Namun jika ternyata kita juga tak mampu membuatkan jalan bagi para atlet agar berjaya di rumah sendiri, apakah tidak sia-sia menghabiskan triliunan rupiah itu? Jika ternyata AG para atlet kita hanya disuruh nonton, bersorak, menyapu, dan memberesi pesta yang dilakukan orang lain, untuk siapa pesta itu? Sekali lagi, saya tidak pesimis, tetapi pemerintah juga harus berikap adil pada atlet kita. Mengganti deretan orang yang sudah gagal di Kemenpora Satlak Prima, serta mereka yang tak mengerti olahraga di Inasoc dan Inasgoc adalah jalan satu-satunya. Masih banyak orang yang jauh lebih paham serta telah berada di dalam orbit olahraga kita serta olahraga dunia selama puluhan tahun. Tapi karena sistem kekerabatan, sistem klanisasi, atau karena berbeda paham politik, mereka tidak dilibatkan. Padahal falsafah olahraga seperti selalu diucapkan oleh Jendral purn. Wismoyo Arismunandar: "Olahraga itu melahirkan persahabatan. Jadi jika ada orang yang tidak bersahabat, mereka tak boleh ada di lingkaran olahraga kita!" Arti ungkapan itu jelas. Persahabatan itu tidak memandang paham dan latar belakang. |
Permasalahan Asian GamesMantan atlet tenis Indonesia, Sri Rahayu Basuki atau yang akrab disapa Yayuk Basuki menegaskan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) harus mengambil pelajaran dari SEA Games di Malaysia lalu.
Yayuk menjelaskan, sejauh ini spirit olahraga Indonesia meredup. Tidak tercapainya target di SEA Games 2017 merupakan pukulan besar bagi olahraga Indonesia. "Spiritnya meredup. Kita lihat semangat dari pemerintah sendiri sangat kurang dalam mendukung seluruh cabang olahraga yang ada hari ini," ujar Yayuk Basuki. Anggota Komisi Olahraga (Komisi X) DPR RI ini menyarankan, jika Indonesia memang serius untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018, harusnya perlu pembenahan secepatnya. Birokrasi yang berbelit-belit akan menjadi penghalang perkembangan seluruh cabang olahraga yang ada. Termasuk perihal anggaran. "Banyak aduan kepada kami, saya sering sampaikan kepada menpora, jangan hanya memperhatikan satu atau dua cabang olahraga. Buktinya banyak target yang tidak tercapai di SEA Games di Malaysia kemarin," ungkapnya. “Saya sering menulis di medsos, saat ini kita seperti tak tahu apa yang harus dikerjakan. Ketika atlet mau berlaga, harus menempuh jalur birokrasi yang sangat rumit, lewat mensesneg, lalu ke menkeu," ungkapnya. Yayuk tak ingin, jika menjadi tuan rumah, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain. Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga perlu dibangkitkan kembali. "Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, hendaknya jangan sampai terjadi lagi kesalahan-kesalahan. Anggaran harus didukung, ditambah jangan dikurangi," jelasnya. Menurut Yayuk, Asian Games bertujuan untuk membangkitkan perekonomian dan prestasi. Dua hal itu harus sejalan dan tidak boleh diabaikan, "Harus sukses ekonomi dan prestasi. Kita harus antisipasi dari awal. Jangan ada lagi alasan dicurangi," kata dia. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui tambahan anggaran untuk Asian Games 2018 yang rencana dihelat di Jakarta dan Palembang pada tahun depan.
“Yang belum disetujui Dewan adalah peralihan tambahan dana dari fungsi pendidikan ke fungsi pariwisata karena harus ada persetujuan Menteri Keuangan," katanya dalam situs resmi Kemenpora, Rabu (20/9/2017). Menurutnya, terkait terlambatnya persetujuan anggaran tersebut hanyalah faktor kehati-hatian karena pihak DPR tidak ingin ada masalah seusai pelaksanaan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Dia menjelaskan terkait anggaran Asian Games harus ada fleksibilitas pengelolaannya, anggaran, setiap cabang olahraga harus ada bapak asuh atau sponsor karena dana terbatas dari pemerintah harus digunakan untuk pembibitan dan pengiriman atlet ke luar negeri. Selain itu, lanjutnya, pihaknya mengharuskan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) mengeluarkan daftar 20 cabang olahraga yang potensial dan akan mengurangi atlet untuk dikirim baik try out dan training camp Asian Games 2018. "Pelaksanaan try out minimal 6 bulan bukan 1 bulan dan mengurangi birokrasi olah raga yang sangat panjang lebih fleksibel dan transparan dan cabor akan diberikan porsi yang lebih besar," ujarnya. Nahrawi menyatakan optimistis angka-angka target realistis, sehingga pemerintah memiliki referensi. Terkait RSON Cibubur, Rumah Sakit Olahraga Nasional itu akan digunakan untuk Kantor Satlat Prima, tempat rekam medis atlet, pemanfaatan sport science, tes fisik, dan tes psikologi. Atlet pelapis menurutnya akan dipusatkan di dua tempat yakni di Jakabaring Palembang dan Infrastruktur pasca PON di Jawa Barat. "Sehingga nantinya pelatnas ini tidak tersebar di banyak tempat kecuali cabor yang telah memiliki pelatnas sendiri seperti voli dan bulutangkis," ucapnya. Terkait anggaran pada 2017, Kemenpora telah menyetujui anggaran baru untuk Asian Games 2018 yakni Rp1,5 triliun dan Rp 500 miliar pada 2018, ada tambahan sebesar Rp1,7 triliun. "Kebutuhan dana Asian Games memang cukup besar, tentu tidak semua dapat di cover oleh APBN. Untuk itu Inasgoc saya yakin mampu melibatkan sponsor di dalamnya. Waktu sudah semakin dekat, sudah saatnya kita semua jalan bersama untuk suksesnya Asian Games," ujar Menpora. Sementara itu Ketua Satgas Infrastruktur Asian Games 2018 Imam Santoso Ernawi mengatakan pembangunan fisik sejumlah venue Asian Games telah menapai 98% seperti Aquatic dan Istora Senayan, juga Wisma Atlet di Kemayoran. Semua di targetkan selesai akhir Desember 2017. “Sehingga test event dan uji coba kejuaraan akan dapat dilaksanakan di awal 2018, karena semua sudah on the track yang semua menjadi rata-rata 70% karena adanya penataan kawasan agar ke depan juga menjadi ruang publik selain berolahraga," ujarnya. |
Dikutip dari berbagai Sumber
http://sport.bisnis.com/read/20170920/59/691727/menpora-dpr-tak-ingin-ada-masalah-seusai-asian-games-2018
www.taekwondoindonesianews.com/news/soal-pengurangan-jumlah-nomor-pertandingan-di-asian-games-pbti-layangkan-protes-dan-minta-negosiasi-ulang.html
http://sport.bisnis.com/read/20170920/59/691727/menpora-dpr-tak-ingin-ada-masalah-seusai-asian-games-2018
www.taekwondoindonesianews.com/news/soal-pengurangan-jumlah-nomor-pertandingan-di-asian-games-pbti-layangkan-protes-dan-minta-negosiasi-ulang.html